Minggu, 03 Oktober 2010

Mengenal “lebih jauh” Bapak Pandu Sedunia...

Lord Baden Powell of Gilwell

Berbicara mengenai Gerakan Pramuka, maka tidak boleh tidak kita harus mengenal pendiri gerakan kepanduan, yaitu Lord Baden-Powell of Gilwell. Sir Robert Baden-Powell telah membuat suatu loncatan dalam sejarah (Leap of History) yang mengejutkan dunia.

Baden-Powell dilahirkan di Paddington, London – Inggris, pada tanggal 22 Februari 1857. Nama lengkapnya adalah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, tetapi para pandu biasa memanggil beliau dengan sebutan Baden-Powell. Nama kecil dari Baden-Powell adalah Ste, Stephe atau Stephenson (paling sering dipanggil dengan nama Steevie). Dan baru dipanggil dengan nama Robert atau Sir Robert, setelah mendapat gelar kesatria dari Raja Inggris (Raja George V).

Ayahnya, Prof. Domine Baden-Powell, adalah seorang guru besar Geometri di Universitas Oxford, Inggris. Beliau menikah dengan Henrietta Grace Smyth, seorang puteri dari Admiral kerajaan Inggris yang terkenal yaitu William T. Smyth.

Baden-Powell dilahirkan dalam sebuah keluarga besar. Baden-Powell mempunyai sembilan orang saudara, yaitu Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie, dan Baden Fletcher. Sepeninggal ayahnya, tanggal 11 Juni 1860, Baden-Powell menjadi semakin akrab dengan saudara-saudaranya. Pada usia 3 tahun Baden-Powell telah menjadi seorang anak yatim. Sehingga dari sejak usia masih sangat muda, Baden-Powell dituntut untuk dapat hidup mandiri.

Baden-Powell telah berusaha untuk hidup mandiri dengan hanya didukung oleh kekerasan hati serta keteguhan ibundanya yang tercinta Ny. Henrietta Grace.

Baden-Powell sejak kecil sudah banyak mengagumi karya-karya ilmuan terkenal pada jamannya, seperti Charles Darwin, Babbage, George Elliot, G.H. Lewes, dan James Martineau. Baden-Powell adalah seorang yang bertipe pekerja keras, beliau tidak mudah putus asa. Hal tersebut dapat terlihat pada sebuah tulisan Baden-Powell, dalam sebuah suratnya kepada ibundanya.


Apa Yang Harus Kukerjakan Nanti

Aku ingin sekali membuat para orang miskin menjadi kaya seperti kita (tulis Stephe) dan mereka secara hukum berhak untuk bergembira seperti kita, dan siapapun orang yang berada wajib memberi orang yang tidak punya. Dan kita harus bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugerahi kita. Dan Dia telah membuat orang miskin dan orang kaya dan aku akan memberitahumu bagaimana untuk menjadi baik. Sekarang akan kuberitahu. Kau harus selalu berdo’a kepada Tuhan, tetapi kau tidak bisa menjadi orang baik hanya dengan berdo’a saja, kau harus berusaha keras untuk menjadi orang baik.

Ditulis Baden-Powell, 26 Februari 1865.


Setelah menemui banyak kesulitan dalam memilihkan sekolah yang tepat untuk Baden-Powell seperti Rugby atau Eton, akhirnya Ny. Henrietta Grace memasukkan Baden-Powell ke Charterhouse School pada tahun 1870.

Di Charterhouse School Baden-Powell sangat populer (terkenal) selain pandai dalam belajar sehingga Baden-Powell meraih beasiswa, Baden-Powell juga mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra, seperti Marching Band, klub menembak (Rifle Corps), teater, melukis dan menggambar, serta menjadi kiper kesebelasan Charterhouse. Di Charterhouse inilah Baden-Powell mendapat julukan lainnya, yaitu ‘Bathing-Towell’.

Pada usia 19 tahun Baden-Powell menamatkan sekolah di Charterhouse School. Dan akhirnya Baden-Powell bergabung dengan dinas kemiliteran, atas bantuan pamannya Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di Woolwich. Setelah lulus dari akademi militer, pada tahun 1876 Baden-Powell bergabung dengan 13th Hussars di India dengan pangkat pembantu letnan. Pada tahun 1895 dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun 1897 untuk memimpin 5th Dragoon Guards.

Pengalaman Baden-Powell di ketentaraan inilah yang nantinya akan banyak mempengaruhi perkembangan berdirinya gerakan kepanduan di Inggris.

Selain itu Baden-Powell juga terkenal sebagai orang yang pandai bergaul dan banyak kawannya, salah seorang sahabatnya yang paling dekat adalah Kenneth Mc. Laren.

Setelah sempat berpindah-pindah, dari satu kota ke kota lain, dari satu daerah ke daerah lain, bahkan dari satu negara ke negara yang lain. Baden-Powell akhirnya bertugas di Mafeking, sebuah kota di pedalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat nama Baden-Powell menjadi terkenal dan dianggap pahlawan oleh bangsanya, karena jasa-jasanya dalam memimpin pertahanan kota Mafeking terhadap pengepungan bangsa Boer yang berjumlah lebih dari 8000 orang selama kurang lebih 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 sampai dengan tanggal 18 Mei 1900). Karena jasa-jasanya tersebut, pangkat Baden-Powell dinaikkan menjadi Mayor Jendral.

Selama bertugas di Afrika, Baden-Powell banyak melakukan petualangan sehingga pengalaman-pengalamannya semakin bertambah. Dan karena keberaniannya, Baden-Powell sempat mendapat julukan dari suku-suku primitif seperti suku Zulu, Ashanti atau Metabele sebagai IMPEESA yang artinya “Srigala yang tidak pernah tidur”. Hal ini disebabkan karena kewaspadaan, kecekatan, dan keberanian Baden-Powell (termasuk tindakannya mengambil kalung manik-manik milik raja Dinizulu).
Pada tahun 1901, Baden-Powell kembali ke tanah airnya, Inggris, dengan disambut besar-besaran sebagai salah satu pahlawan bangsanya. Kemudian Baden-Powell sempat pula menulis pengalaman-pengalamannya dalam buku “Aids to Scouting”. Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya “Aids to Scouting” telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.

Kemudian pada tahun 1907 Baden-Powell mendapatkan undangan dari perkumpulan Boys Brigade untuk mengisahkan pengalaman-pengalamannya selama di Afrika khususnya dan selama di dinas ketentaraan umumnya, dalam sebuah perkemahan yang diikuti dua puluh orang anggotanya. Perkemahan pertama tersebut diselenggarakan di pulau Brownsea (Brownsea Island). Kembali dari pertemuan dengan pendiri Boys Brigade, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja. Dan pada tahun 1908 Baden-Powell menulis buku Scouting for Boys, sebuah mahakarya yang sangat spektakuler. Buku inilah yang mengakibatkan perkembangan kepanduan menjadi semakin besar. Buku ini menyebar di seluruh daratan Eropa sampai ke daerah-daerah jajahan. Scouting for Boys merupakan buku yang menggemparkan dunia. Dan sampai saat ini merupakan sebuah MASTERPIECE dan BEST SELLER. Buku yang membuat kepanduan akhirnya diterima dan didirikan di banyak negara.

Walaupun dia sebenarnya dapat menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat Raja Edward VII, yang mengusulkan bahwa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan Gerakan Kepanduan. Dan mulailah Baden-Powell berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan kepanduan ke seluruh dunia.

Pada Januari 1912 Baden-Powell bertemu calon istrinya Olave St. Clair Soames di atas kapal penumpang (Arcadia) dalam perjalanan ke New York untuk memulai perjalanan keliling dunia menemui para pandu di berbagai negara. Saat itu Olave berusia 23 tahun, Baden-Powell 55 tahun. Mereka bertunangan pada September tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran Baden-Powell, karena perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu. Untuk menghindari gangguan pihak pers, mereka melangsungkan pernikahan secara rahasia pada 30 Oktober 1912. Pramuka Inggris menyumbang masing-masing satu penny dan mereka membelikan Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce. Baden-Powell kemudian dikaruniai tiga orang anak yaitu Peter, Heather, dan Betty (yang kelak mendapat gelar-gelar kehormatan pada tahun 1929).
Pada tahun 1920, para pandu sedunia berkumpul di Olimpia, London, Inggris dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Pada hari terakhir kegiatan jambore tersebut (6 Agustus 1920) Baden-Powell diangkat sebagai Chief Scout of the World atau Bapak Pandu Sedunia. Baden-Powell juga dianugrahi gelar Lord Baden-Powell of Gilwell, dengan julukan Baron oleh Raja george V (tahun 1922).

Baden-Powell berkata tentang ibunya pada tahun 1933, "Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya".

Setelah berkeliling dunia termasuk mengunjungi Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya meninjau Jambore di Australia. Baden-Powell beserta Lady Baden-Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris (sekitar tahun 1935 – 1938). Kemudian Baden-Powell kembali ke tanah yang sangat dicintainya, Afrika.

Dan Baden-Powell menghabiskan masa tuanya di Nyeri, Kenya (dekat gunung Kenya). Beliau akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1941 dan diantar di atas kereta yang ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat peristirahatan terakhir.

Dari kisah hidup Baden-Powell di atas, kita dapat mengambil banyak pelajaran berharga. Tidak salah jika Baden-Powell dianggap sebagai tokoh universal atau milik semua bangsa. Gerakan Kepanduan yang beliau dirikan sekarang telah menjadi satu organisasi besar yang mempunyai jumlah anggota yang tersebar di seluruh dunia.

dikutip dari id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar