Berita Terkini

Dear friends : Terimakasih untuk semua alumni yang hadir dalam pertemuan petang tadi di DARMA UTAMA. Revitalisasi .... (Andri Bob)


Minggu depan, pk.15.00 'ngumpul lagi untuk strukturisasi ... undangan lewat inbox dan surat. ...
Selamat datang untuk :
GUDEP TERITORIAL SEASPIRATIF DARMA UTAMA. (Andri Bob)

 

Jgn lupa, minggu depan ya ... tgl. 10/10 pk. 15.00 di Darmautama. (Andri Bob)

 

 

Temukan Bug, Bocah 12 Tahun Dapat Rp26 Juta

SAN FRANSISCO - Mozilla memberikan hadiah kepada, Alex Miller, seorang bocah berusia 12 tahun asal Amerika Serikat senilai USD3.000 atau sekira Rp26 Juta. Miller merupakan bocah yang berhasil menemukan bug pada borwser besutan  Mozilla, Firefox.
Mercury News, Minggu (24/10/2010) melansir, Miller memang merupakan pemburu Bug. Ia berhasil menemukan sebuah lubang keamanan yang dapat dibobol di Firefox. cacat pada Firefox itu disebutkan sangat kritis yang dapat membuatnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Miller melakukan debugging, setelah mengetahui Mozilla meningkatkan hadiah dari USD 500 menjadi USD3.000.

"Beberapa bulan yang lalu kita meningkatkan jumlah pembayaran menjadi USD3.000, pada dasarnya untuk mencerminkan perubahan dalam perekonomian, dan pasar, sejak program pencarian Bug ini dimulai," kata Brandon Sterne, Manager Program Keamanan Mozilla.

Miller menyatakan, dirinya menghabiskan waktu sekira 90 menit setiap hari untuk memfokuskan pencarian celah keamanan tersebut.  Akhirnya, dalam sepuluh hari pencarian ia berhasil menemukan titik kelemahan yang terkait dengan kinerja Firefox terhadap memory komputer.

Menurut Sterne, proses pencarian Bug tidaklah mudah. "Sama sekali tidak mudah. Ruang orang untuk menemukan kelemahan di satu titik sangat kecil," kata Sterne.

"Untuk menemukan Bug, Mozilla sangat tergantung pada relawan yang memberitahukan celah keamanan tersebut," tandas Sterne. (ugo)
dari: www.okezone.com

 

Riset: Pemimpin yang Baik Harus (Sedikit) Sombong

NEBRASKA - Selain harus memiliki sifat ramah dan tenang, seorang pemimpin juga ternyata harus membumbui sikap mereka dengan sifat negatif. Bos yang baik ternyata juga harus sedikit picik, angkuh dan kadang tidak fleksibel.

Penelitian yang dilakukan oleh psikolog dari University of Nebraska ini menyebut sifat tersebut dengan 'sisi gelap' yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dan akan meningkatkan kemampuannya untuk memerintah.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kualitas kepribadian yang positif, seperti ekstroversi, stabilitas emosional dan kesadaran, memiliki efek bermanfaat pada kinerja dan perkembangan para pemimpin.

"Kami meneliti psikologis pada sekira 900 perwira di Akademi Militer AS di West Point, New York. Hasilnya, ketika seorang pemimpin itu bersikap baik maka kami menilainya sebagai orang yang baik. Tapi ketika terlihat buruk, dia akan kelihatan lebih baik," ujar  Profesor Peter Harms, ketua tim penelliti dari University of Nebraska, seperti dikutip melalui Telegraph, Kamis (21/10/2010).

Penelitian ini menggunakan Hogan Development Survey, sebuah tes kepribadian yang dirancang untuk mengetahui sifat-sifat negatif objek.

Beberapa dari 12 ciri-ciri yang dimaksud dengan 'sisi gelap' seperti yang terkait dengan narsisme, terlalu dramatis, kritis terhadap orang lain dan menjadi sangat terfokus pada sebuah aturan, sebenarnya meningkatkan kemampuan kepemimpinan.

"Dengan sendirinya, sifat-sifat subklinis memiliki efek cukup kecil, namun bila digabungkan, mereka memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang sebenarnya memiliki potensi menjadi seorang pemimpin," kata Prof Harms.

Namun, lanjut Profesor Peter, 'kandungan' sisi gelap itu tidak akan berarti jika 'dosis'nya terlalu besar. Artinya, 'sisi gelap' yang dicampur terlalu banyak dengan sifat baik tidak akan membuat seorang menjadi pemimpin besar, malah akan membuat menjadi sebaliknya.

"Sisi gelap yang terlalu banyak akan dianggap sebagai zat adaptif, yang berujung pada penilaian bawahan bahwa hal itu merupakan sifat, kepribadian, dan kebiasaan yang murni dimiliki oleh atasannya. Dan ini tidak akan baik bagi karir sang atasan," ujar Profesor Peter.

Dua belas sisi negatif yang dirangkumkan oleh Hogan Development Survey diantaranya adalah volatilitas (pendirian yang berubah-ubah), mistrustfulness (penuh rasa curiga), hati-hati, detachment (tidak terpengaruh apapun), pasif, agresif, sombong, manipulativeness (berbuat curang), overdramatic (terlalu mendramatisir), perfeksionisme, eksentrik , dan ketergantungan. (srn)
 dari: www.oke zone.com
 
 

"Kiamat Diundur!"

CALIFORNIA - Sebuah mitos naskah kuno bangsa Suku Maya menyebutkan dunia akan berakhir pada 21 Desember 2012. Namun, teori itu dibantah oleh seorang ilmuwan yang menyebutkan, terdapat salah persepsi di naskah tersebut, yang ujungnya kiamat bukan terjadi di 2012.

Teori bantahan itu sendiri muncul dalam sebuah buku yang berjudul "Calendars and Years II: Astronomy and Time in the Ancient and Medieval World". Dalam buku tersebut disebutkan, akibat salah menafsirkan naskah Suku Maya, seharusnya 2012 bukan waktunya kiamat, tapi mundur 50 sampai 60 tahun setelahnya.

Salah satu tim peneliti profesor Gerardo Aldana dari dari University of California menyebutkan, adanya kesalahan korelasi data dan fakta. Katanya, Konstanta GMT seharusnya menafsirkan kata 'Chak Ek' sebagai 'Meteor', dan bukannya 'Venus'. Konstanta GMT sendiri merupakan teori yang menyebutkan adanya kiamat pada 21 Desember 2012. GMT sendiri diambil dari nama belakang para penafsir tersebut Joseph Goodman, Juan Martinez-Hernandez, dan J. Eric S. Thompson.

"Tabel Venus tidak dapat digunakan untuk membuktikan kalau kiamat terjadi di tahun 2012 karena tidak ada penerimaan yang tergantung pada keandalan data yang menguatkan," katanya, seperti dilansir Live Science, Kamis (21/10/2010).

Data historis, katanya, kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan tabel itu sendiri sehingga argumen untuk GMT konstan yang menafsirkan bumi akan 'jatuh seperti tumpukan kartu' itu diragukan kebenarannya.

Namun demikian Aldana sendiri mengaku tidak memiliki jawaban pasti, seperti apa konversi kalender yang sebenarnya. Ia pun lebih memilih untuk fokus pada kemungkinan kesalahan pada interpretasi tersebut. Yang jelas, Aldana yakin 2012 bukan waktu kiamat seperti yang disebutkan Suku Maya.
(tyo)
dari: www.okezone.com